Pidato Ekonomi Kreatif Guru Besar Prof Dr. Mari Elka Pangestu

Dalam pidato ilmiahnya saat pengukuhan sebagai Guru Besar tidak tetap di bidang Ekonomi Internasional, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Dr. Mari Elka Pangestu mengatakan, posisi sektor ekonomi kreatif akan menjadi semakin penting bagi masa depan perekonomian Indonesia.

"Ekonomi kreatif, adalah kekuatan baru ekonomi Indonesia untuk menjawab tantangan globalisasi dan mencapai pembangunan berkelanjutan," kata Mari dalam pidatonya yang berjudul "Globalisasi, Kekuatan Ekonomi Baru dan Pembangunan Berkelanjutan: Implikasi bagi Indonesia" di depan Senat Guru Besar Universitas Indonesia dan tamu undangan di Kampus UI, Depok, Sabtu (8/8).

Menurut Mari, dalam menghadapi berbagai perubahan tatanan ekonomi dunia, Indonesia membutuhkan diversifikasi sumber kekuatan baru sebagai sumber pembangunan ekonomi dengan tetap mempertahankan konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development. Indonesia membutuhkan kapabilitas yang jauh lebih beragam, karena di masa datang, negara seperti inilah yang mampu menghadapi dinamika persaingan yang makin ketat. "Potensi terbesar itu adalah pada ekonomi kreatif," katanya.

Menurut Mari, ada beberapa perkembangan yang perlu dicermati diantaranya perubahan mendasarkan dalam tatanan ekonomi dunia saa. Apa yang terjadi beberapa waktu belakangan ini dalam dinamika menunjukan bahwa sektor komoditas kian sulit diandalkan.

"Perlambatan pertumbuhan dunia yang tengah terjadi bukan hanya karena siklus ekonomi semata, tapi karena telah berakhirnya boom komoditas," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, negara seperti Indonesia perlu meningkatkan diversifikasi sumber pertumbuhan, termasuk di bidang ekspor, dengan memupuk sumber daya saing dan membangun sumber pertumbuhan baru. Indonesia membutuhkan pendekatan baru dalam membangun daya saing. Pendekatan industrialisasi dengan membangun kekuatan dari hulu sampai hilir seperti selama ini, sudah tidak cukup lagi.

"Daya saing tidak lagi diukur dari biaya produksi seperti upah tenaga kerja yang murah dan atau keberadaan bahan baku, tapi juga oleh sektor lain seperti jasa logistik yang efisien," tambah dia.

Perkembangan teknologi dan dunia yang kian terintegrasi, kata Mari Elka, telah membuat sistem produksi semakin terfragmentasi. Persaingan kini tidak hanya menuntut harga produksi yang murah, tapi besaran nilai tambah yang ditawarkan.

"Oleh karena itu, proses produksi yang terbagi dalam serangkaian gugus tugas (tasks) seperti penelitian dan pengembangan, desain, proses produksi, pengemasan, pengujian produk, pemasaran dan seterusnya, perlu dibangun dan dikembangkan dalam satu kesatuan mata rantai nilai tambah global (Global Value Chain, GVC)," ujarnya.

Mari mengemukakan, dalam pendekatan terbaru ilmu ekonomi, mengandalkan modal dan teknologi tidak lagi cukup untuk mempertahankan daya saing dan pertumbuhan ekonomi, ia juga membutuhkan kreativitas; ide kreatif dan inovatif. Model ekonomi terbaru, telah memasukan kreativitas sebagai faktor endogen. Implikasinya, kata dia, pendekatan pembangunan mulai beralih dari berbasis teknologi informasi dan pengetahuan, ke berbasis kreativitas dan inovasi atau dikenal sebagai ekonomi gelombang ke-empat.

"Oleh karena itu, isu-isu terkait hak intelekual (HAKI) menjadi semakin strategis agar ide dan inovasi dapat terus mengalir dari pencetus ide. Ini untuk menjamin pemilik ide kreatif bisa memperoleh manfaat ekonomi, keuntungan yang layak, dari kreativitas serta menjadi stimulus muncul ide baru. Sesungguhnya inilah esensi dari ekonomi kreatif," kata Mari.

Lebih dari itu, menurut Mari, ekonomi kreatif juga berdampak positif pada budaya dan pelestarian lingkungan. Kenapa? Kenyataannya, inspirasi kreatif sebagian besar berasal dari warisan budaya dan lingkungan. "Jadi, dalam ekonomi kreatif, jalur ekonomi, jalur budaya dan jalur melestarikan lingkungan bertemu menciptakan nilai tambah tinggi dengan dukungan pengetahuan dan teknologi yang ada," katanya.

Menurut Mari, dari data yang ada ekonomi kreatif yang terdiri dari 15 industri kreatif telah berhasil memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB yaitu mencapai 7 persen, bahkan pada 2014 berhasil tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Yang tidak kalah penting, ekonomi kreatif juga berdampak positif pada peningkatan citra dan identitas bangsa, dan terhadap program pembangunan berkelanjutan karena mengunakan sumber daya yang terbarukan, dan iklim usaha inovatif.

Berdasarkan semua itu, dalam pidatonya, Mari menawarkan suatu model holistic pengembangan ekonomi kreatif yang menjadi pertemuan antara kreativitas, modal budaya, sosial dan ekonomi, dan menjawab isu strategis yang dihadapi dalam mengembangkan ekonomi kreatif.

Dari sisi input modal utama pengembangan ekonomi kreatif adalah tersedianya orang kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang tidak ada sebelumnya dan menciptakan nilai tambah. Demografi Indonesia sangat mendukung, karena dari jumlah penduduk 250 juta, 50 persen diantaranya tergolong usia sangat produktif, dibawah umur 30 tahun. Tinggal mendorong kreativitas baik melalui pendidikan formal, non formal dan informal serta pengembangan talenta.

Modal lain adalah sumber warisan budaya dan keragaman hayati yang melimpah, menjadi sumber inspirasi dan bahan baku produk kriya sampai ke obat, kosmetik dan makanan. "Disini pentingnya pengarsipan dan akses arsip kepada semua pemegang kepentingan, dan penelitian dan pengembangan," katanya.

Menurut Mari, agar potensi ekonomi kreatif bisa digarap secara optimal dan menjadi tulang punggung perekonomian, Indonesia perlu lebih meningkatkan akses pasarnya. Sesuai dengan karakteristiknya, akses ekonomi kreatif memerlukan fasilitas pameran, exhibisi, pertunjukkan yang memerlukan prasarana fisik seperti gedung pertunjukkan dan non fisik tertentu.

Untuk dukungan finansial, Mari melihat, selain dari pemerintah juga perlu digalang dana hibah atau dana dukungan dari swasta, modal ventura dan angel investor. "Pelaku ekonomi kreatif sulit menjangkau perbankan, karena pembiayaannya membutuhkan jaminan dan perbankan belum memahami industri kreatif," katanya.

Pemerintah perlu mendukung dengan memberi insentif pajak atau dukungan lain bagi swasta yang membiayai pengembangan industri kreatif. Apreasiasi terhadap hasil ekonomi kreatif juga perlu dikembangkan dengan mendorong masyarakat lebih memahami suatu karya kreatif dan dengan demikian memahami nilainya.

Dari sisi pemerintah, yang paling utama adalah komitmen politis yang konsisten untuk menciptakan iklim yang kondusif. Inilah yang dilakukan Pemerintah Korea dan Inggeris sehingga industri kreatif mereka kini mendunia. Pemerintah juga bisa berperan untuk meningkatkan apresiasi dan literacy, pengarsipan, dan pengarusutamaan kreativitas dengan tersedianya ruang publik untuk memberi kebebasan berekspresi, berpikir kritis dan kreatif.

Ruang publik yang penting seperti gedung kesenian, gallery dan ruang untuk komunitas kreatif harus diciptakan. Pemerintah juga perlu memberi insentif pajak, ruang publik untuk kreativitas dan dukungan program. "Ini kuncinya," ujar Mari.

"Dari semua fakta dan data yang ada, ekonomi kreatif adalah potensi kekuatan baru ekonomi Indonesia. Pembahasan mengenai ekonomi kreatif dan model yang kami tawarkan diharapkan bisa mendorong untuk penelitian lebih lanjut baik dari segi teori dan konsep, maupun empiris yang akan berguna bagi semua pihak yang percaya dan mempunyai komitmen untuk mengembangkan ekonomi kreatif," kata Mari.

Sumber : beritasatu.com

Ulasan

Popular

Naskah Pidato : Larangan Mencela Makanan

Penurunan Moral Remaja Contok Pidato tentang Pendidikan Karakter

Pidato Ibu Tiri dan Anak Yang sering Tidur dengan...